Rabu, 05 Oktober 2011

pukul 7 pagi

hai blogger reader. aku ga tau deh siapa yang bakalan baca setiap tulisanku disini, kayaknya ga ada. tapi aku akan tetap bercerita apapun baik fiksi atau fakta dan lihatlah ekspresiku jika kau ingin tahu apakah itu serius fakta atau hanya fiksi.
baiklah begini kisahnya.
pukul tujuh pagi udara dingin di sebuah kota kecil yang telah berhasil mempercantik dirinya sehingga membuat iri kota yang dulu sempat dia ikuti kota dingin dengan penduduk yang hangat (semoga selalu begitu), seorang pria setiap hari melewati alun-alun menuju sebuah perempatan yang salah satu ujungnya terdapat klenteng dia melewatinya dan berbelok kekanan tepat disebelah klenteng itu terdapat penjual berbagai pakan burung, kau pasti bisa menebak seperti apa penjualnya walaupun tidak selalu begitu sebuah keluarga cina yang mempunyai gadis cantik bermata sipit yang setiap pukul 7 pula selalu membenahi jualannya ada sinar matahari yang meneranginya dan itu yang selalu dilihat dengan tersenyum pria itu setiap hari yang selalu dia tunggu. setiap hari tidak terlambat dia melewatinya pukul 7 setiap malam tidak terlambat dia akan tersenyum mengharap bisa menyapanya dengan tersenyum. dia berharap bahwa dia bisa melihat mata gadis menatapnya dan tersenyum memperlihatkan giginya. sinar matahari pagi yang sedikit hangat memberinya harapan pria itu pada setiap kayuhan sepedanya melewati alun-alun dengan berdebar semakin kuat debarannya saat melintasi klenteng dan berbelok kekanan dan sekitar sepuluh detik melihat kearah gadis pujaan entah sedang menggantung tempat minum burung atau sedang menangkapi jangkrik dari kotak sarang jangkrik rasanya seperti gadis itu bersinar. dan pagi ini rutinitas itu kembali terjadi  saat pria itu melintasi klenteng dan berbelok kekanan debarannya tiba-tiba berhenti dia melihat gadis itu berpakaian pengantin dan tiba-tiba saja menatapnya dan tersenyum. entah sengaja untuk pria itu atau tidak sengaja menatapnya disela ia tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar